RSS
Post Icon

Mata dan Hati Saling Menyalahkan


Alkisah, ketika manusia baru saja melakukan perbuatan dosa, terjadilah perdebatan sengit antar hati dan matanya. Keduanya saling menyalahkan dan tidak mau bertanggung jawab. Perdebatan itu bisa kamu simak melalui dialog di bawah ini.
Hati: "Hai mata, mengapa sich kamu selalu menyeretku kepada kebinasaan?"
Mata: "Hei, apa sebenarnya maksud kamu? Aku kagak ngerti?"
Hati: "Ah.. jangan berlagak bodoh! Aku merasa bahwa kamu telah mengakibatkan aku menjadi hina dan menyesal."
Mata: "Loh, kok bisa begitu?"
Hati: "Iya dong! Buktinya kamu selalu melihat apa saja yang kamu senangi. Tidak hanya yang dibolehkan agama, tapi kamu justru lebih senang melihat apa saja yang menjadi larangan agama."
Mata: "Apa maksud kamu?"
Hati: "Maksudnya, mengapa sih kamu lebih suka melihat yang indah-indah, kayak wanita cantik. Padahal memandang yang kayak gitu kan ndak boleh? Rasulullah udah bilang bahwa pandangan mata itu ibarat anak panah iblis. Eh, tapi kenapa kamu malah menikmatinya sich?"
Mata: "Eh, hati. Kamu kayaknya mengada-ada dech!"
Hati: " Mengada-ada gimana? Aku kagak ngerti?" Mata: "Bukankah justru kamulah yang mengajak aku berbuat begitu?"
Hati: "Ya jelas ndak bisa dong! Kamulah yang mengaiak aku berbuat begitu. Kamu ingat kan ada pepatah mengatakan Dari mana datangnya lintah, dan sawah turun ke kali. Dari mana datangnya cinta, dari Mata turun ke hati. Nah, jadi kamulah yang menyebabkan dan mengajak aku melakukan hal itu".    
Mata: "Tapi perkataan syair itu bukan berarti menjadi bukti bahwa aku yang mengajak dan menyebabkan itu."
Hati: "Menurutku, kaulah yang menyebabkannya. Gara-gara kamu, aku selalu gelisah, tidak bisa tenang, selalu terombang-ambing tanpa arah dan tujuan yang pasti. Aku selalu dilanda penyakit rindu untuk bertemu dan selalu dirundung kesedihan dan mabuk kepayang."
Mata: "Ya.. ya... kamu mungkin ada benarnya. Tetapi bagaimana pendapat kamu tentang sabda Rasulullah yang mengatakan bahwa sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu ada segumpal darah. Jika ia baik maka seluruh tubuh akan baik pula dan jika ia rusak maka rusaklah pula seluruh tubuh. Ketahuilah segumpal darah itu adalah hati."
Hati: "Hem.. jadi?
Mata: "Sudah jelas! Kamulah yang menyebakan semua ini. Karena kamu adalah rajanva. Sementara aku dan anggota tubuh yang lain hanya bawahan kamu. Semua yang kulakukan adalah perintahmu. Jika rajanya baik maka pasti baik pula bawahaannya. Jadi jika kamu memerintahkan aku berbuat baik tentu saja aku akan melakukan sesuatu yang baik pula. Begitu kan yang terjadi?"
Hati: "Iya... mungkin benar perkataan kamu. Tapi, janganlah semua kesalahan ditimpakan kepadaku. Toh, kamu juga ikut menikmatinya."
Mata: "Ya.. tentu saja! Sebab kamulah yang menyuruhku berbuat ini dan itu. Jadi siapa lagi? Padahal sebenarnya saya ini lebih suka lho melihat yang lain yang diridhai Allah Swt."
Hati: "Ah... jangan sok suci. Itu namanya munafik kau! Padahal munafik itu sangat dibenci oleh Allah. Jadi itu bukan berarti mendapatkan ridha, tapi malah dimurkai­Nya."
Mata: "Saya merasa tidak munafik. Coba kalau kamu selalu mengajak aku kepada kebaikan, tentu saja aku tidak akan berbuat yang macam-macam dan kena getahnyaseperti ini."
Hati: "Alaah..., kamu pandai saja bicara! Sering aku ngajak kamu untuk membaca Al-Quran, eh, kamu malah menolak. Kamu selalu ngantuk. Apalagi bila kamu aku ajak untuk melakukan shalat tahajud, kamu sama sekali tidak mau bergerak untuk membuka diri. Tapi sebaliknya bila diajak untuk melihat yang aduhai ... kamu selalu membelalak dan membuka lebar-lebar. Apakah ini bukan bukti?
Oleh karenanya Allah Swt. pun berfirman, Katakanlah kepada orang beriman laki-laki agar mereka menundukkan sebagian pandangan matanya, dan memelihara akan kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah amat mengetahui akan apa yang mereka kerjakan. Dan katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak daripadanya (An-Nur: 30 – 31).
Mata: "Yach... tapi.. "
Ups....! Itulah perdebatan antara hati dan mata, kalau dibiarkan tentunya tiada habis-habisnya. Keduanya saling membantah bahwa dialah yang menyebabkan manusia terbawa kepada kemasiatan. Hati selalu mengatakan bahwa matalah sumber kerusakan yang akhirnya membuat manusia seperti ini. Sementara mata pun menuduh hatilah yang menjadi penyebab utamanya.
Nah, melihat perdebatan yang seru ini, jantung mau tidak mau turun tangan menjadi hakim atas perselisihan di antara mereka (hati dan mata). Jantung berkata begini:
"Kamu berdua saling tuduh menuduh dan saling menyalahkan serta tidak mau bertanggung jawab. Padahal kamu berdua saling bergandengan dalam membuat kebinasaan. Kamu berdua saling tolong­-nenolong dalam kejelekan. Oleh karena itu, akulah yang akan memberi keputusan atas masalah kalian berdua. Kamu berdua merasa sama-sama merasakan penderitaan. Demikian halnya pula dalam merasakan kenikmatan, kamu berdua saling merasakan. Matalah yang menikmati kesenangan, sementara hati yang berangan-angan dan penuh keinginan. Untuk itu kalian berdualah yang harus bersama-sama bertanggungjawab. seorang penyair berkata,
Aku tak tahu mengapa kucerca cinta
rnatamu yang tercemar ataukah hatimu
mengapa kucerca hati yang bisa melihat
hatilah yang berdosa jika kucerca mata
mata dan hatiku membagi-bagi untukku darahku
ya Rabbi tolonglah mata dan hatiku.

Dialog di atas memang tak jauh berbeda dengan yang terjadi ketika manusiatelah menghadap Allah di hari akhir ianti. Pada saat tiba hari penghisaban, terjadilah perdebatan yang sengit antara jasad dan ruh. Dikatakan dalam sebuah atsar yang masyhur, "Pertentangan di antara makhluk senantiasa ada hingga hari kiamat tiba, hiingga ruh dan jasad pun juga saling bertentangan. Jasad berkata kepada ruh, 'Kamulah yang menggerakkan aku, menyuruh dan mencegahku. Jika tidak begitu, tentu aku t:idak akan bergerak dan berbuat seperti itu.' Ruh berkata kepada jasad, 'Kamulah yang makan, minum, bergembira dan merasakan kenikmatan. Maka kamulah yang layak mendapat siksaan.' Lalu Allah mengirim malaikat kepada keduanya untuk memutuskan perkara mereka, seraya berkata, 'Perumpamaan kalian berdua adalah seorang yang lumpuh tapi bisa melihat dan orang yang buta tapi bisa berjalan. Keduanya memasuki sebuah kebun. Orang yang bisa melihat berkata kepada yang buta, "Di kebun ini saya melihat ada buahnya, tetapi saya tidak bisa berdiri." Orang buta berkata, "Saya bisa berdiri tapi tidak bisa melihat sesuatu pun." Orang yang bisa melihat berkata, "Panggullah aku lalu berjalanlah agar aku bisa nemetiknya."
Lalu siapakah yang harus menanggung beban? Kedua-duanya yang menanggung beban. Begitulah gambaran keadaan kalian berdua. Demikian kata sang malaikat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

cici mengatakan...

Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny

Posting Komentar