RSS
Post Icon

Cintaku Bukan Cinta Buta



Tahukah kamu, cinta buta adalah gerakan yang kosong. Kata-kata tersebut pernah diucapkan oleh Plato, seorang filosof terkemuka, untuk menggambarkan seperti apa cinta buta itu. Dalam kenyataannya kita temukan dunia cinta dihiasi dengan cinta model ini. Kerinduan yang muncul merupakan kerakusan yang muncul dalam hati, terus bergerak dan tumbuh kemudian menyatu dengan hasrat. Jika cinta buta ini semakin menguat, maka orang yang mengalaminya akan bertambah bergetar, gundah, dan ingin mendapatkan apa yang diharapkannya, sehingga sering meresahkan hatinya.
Cinta buta akan membawa orang mengharapkan apa yang tidak mungkin terjadi, mengangan-angankan apa yang tak tercapai, sehingga akhirnya bisa menjurus kepada gila atau depresi akut. Dalam keadaan seperti ini, boleh jadi orang yang dimabuk cinta bisa bunuh diri atau mati karena merana. Sampai di titik ini, Aristoteles menambahkan, “Cinta buta adalah kebodohan yang membalikkan hati yang hampa.”
Cinta buta tidak timbul sebagai karunia Allah swt. Ia muncul karena inisiatif pribadi yang menanggungnya. Mengumbar pandangan, membayangkan, mengulur-ngulur pikiran, berdekat-dekatan dengan lawan jenis, semua itu adalah penyebab timbulnya cinta buta. Tidak ubahnya seperti orang yang mabuk karena minum khamer. Perbuatannya berdasarkan inisiatif sendiri dan akibatnya adalah lahirnya ketetapan yang telah digariskan secara sunatullah.
Memang cinta adalah fitrah setiap manusia. Namun sebagai seorang mukmin, kamu mesti pula membawa fitrah itu tetap dalam koridor-koridor yang islami. Sebagai seorang mukmin, kamu harus mampu mengubah sebagian besar selera jahili yang ada dalam benak kamu, lalu menggantikannya dengan selera yang berlandaskan islam.
Kamu harus mencoba berhenti merokok, tidak lagi nongkrong di jalan hingga larut malam, main playstation hingga lupa salat dan mandi, atau menghindari acara-acara yang hanya bernuansakan fun only. Saat ini mestinya kamu lebih senang berolahraga, I’tikaf di dalam masjid, menghadiri pengajian, seneng baca Quran, suka bernasyid, atau banyak waktu untuk membaca.
Termasuk pada persoalan cinta. Harusnya tak ada lagi kamus untuk bermain mata, lirik sana lirik sini, hingga tidak sabar, dan yah…. Ujung-ujungnya pacaran. Dalam hal cinta—yang menuju pernikahan, kamu mesti ingat firman Allah swt,
Dan kelak Tuhanmu pasti akan memberikan karuniaNya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas (Adh-Dhuha: 5).
Karenanya, buat apa main mata? Buat apa pacaran? Kenapa tidak bersabar? Kenapa mesti menabrak semua aturan Allah? Bukankan cinta itu murni inisiatif kita? Karena itulah, dengan akal kita bisa memilih dan memutuskan dalam soal cinta. Kita mesti menggunakan kecerdasan kita untuk memutuskan agar kita tidak menyesal kemudian. You know? Yuk, kita renungin sama-sama firman Allah yang satu ini,
Dan orang-orang yang tidak (belum) mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)Nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karuniaNya (AnNur: 33).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Astaghfirullah, maafkan hambamu karena terlambat mengerti yaa Allah.

Bagus tulisannya mas bram.

Mas kalo boleh tahu penafsiran mas mengenai ayat yang dikutip di akhir itu bagaimana?
saya kurang memahami bagian yang itu (bukan ngetes, ini asli ndak paham loh mas)
mohon kemurahan hatinya mas untuk membantu menerangkan

regard's Bandithijo

Bram_Bravo mengatakan...

Begini, Jika seorang hamba Allah belum mampu untuk menikah, maka hendaknya menghindari hal2 tidak berguna, menjaga kesucian farji' (kelamin), ex: tidak menonton foto/video2 yg "mengundang", menjaga pandangan, etc.
Hingga Allah memampukan dirinya untuk menikah..
Wallahuala..

Posting Komentar